Pemberitaan global saat ini tengah berfokus pada peristiwa-peristiwa pembantaian, penyiksaan, diskriminasi terhadap kelompok-kelompok islam. Sebut saja genosida Rohingya, pembantaian yang terjadi di Aleppo, juga perjuangan warga palestina melawan tentara Israel yang berusaha menduduki dan menjadikan palestina sebagai wilayahnya. Bukan hanya menyangkut agama, pembunuhan dan penyiksaan yang terjadi menunjukkan telah adanya krisis kemanusiaan dimana hak hidup manusia dapat dikendalikan.
Ketika ada kasus
pengeboman, penyanderaan dan aksi teror lainnya. Islam sering kali
disangkutpautkan bahkan dituduh sebagai dalang dari peristiwa-peristiwa
tersebut. Keberadaan umat muslim bukan hanya di Indonesia, Islam tersebar
diseluruh dunia, sehingga stigma negatif mengenai islam berpengaruh terhadap
seluruh umat muslim di negara manapun
Berbagai peristiwa menyangkut kaum muslim yang telah terjadi
di berbagai belahan dunia tersebut, menimbulkan banyak pertanyaan di benak kita.
dari mulai mengapa kebanyakan dari peristiwa tersebut, masyarakat muslimlah
yang menjadi sasarannya dan pandangan seperti apa yang dunia barat miliki dan
ingin dimunculkan menyangkut islam, dan juga seberapa besar dampak dari
pandangan terhadap islam yang telah terbentuk.
Latar
belakang Islamophobia
Sebuah artikel yang diambil dari
website resmi Universitas Nasional (UNAS) membahas mengenai Islamophobia,
pembahasan tersebut dilakukan dalam sebuah seminar. Seorang dosen dan juga
pengamat politik timur tengah, Mohamad Noer menjelaskan bahwa Islamophobia
sendiri muncul ketika Islam semakin menempati posisi yang kuat dalam sebuah
peradaban atau komunitas.
Sebuah artikel lain yang diambil dari
nederindo.com mengemukakan mengenai latar belakang islamophobia di wilayah
Eropa.
Islamophobia adalah ketakutan terhadap
segala sesuatu tentang Islam. Pasca Perang Dunia II yang telah meluluh
lantakkan sebagian besar negara-negara di Eropa, sehingga memaksa bangsa-bangsa
di Eropa “mengimpor” dalam jumlah banyak para pekerja dari negara-negara yang
mayoritas penduduk Islam, seperti: Aljazair, Marokko, India, dan Turki untuk
membangun kembali negara mereka. Para pekerja asing ini semakin hari semakin
besar jumlahnya, mereka hidup berkelompok di wilayah-wilayah tertentu. hal
inilah yang mungkin dianggap sebuah ancaman bagi negara nonislam.
Gerakan Islamophobia
PEGIDA
Pegida adalah singkatan dari
"Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Abendlandes" yang
berarti gerakan "Patriotis Eropa Menentang Islamisasi". Gerakan ini
lahir di Dresden Jerman pada 2014 lalu. Sejarah kelam gerakan anti-Islam. Pada
Juli 2009, Marwa El-Sherbini gugur ditikam pisau sebanyak 18 kali tusukan di
depan suami dan anaknya sendiri yang berusia tiga tahun ketika berada di
pengadilan Dresden. Ironisnya, suami Marwa ditembak pihak keamanan pengadilan
Dresden ketika berusaha melindungi isterinya yang diserang dengan senjata tajam
oleh pemuda Jerman bernama Alex W. Marwa menuntut Alex di pengadilan, karena
telah menyebutnya sebagai teroris, hanya karena Muslimah Mesir ini mengenakan
berjilbab. Sedangkan suami Marwa, yang berusaha menolong isterinya, justru
ditembak oleh polisi yang menjaga ruang sidang. Akibat tembakan itu, suami
Marwa mengalami luka serius.
Media dan pemerintah Jerman sejak awal
terjadinya insiden berusaha menutupi kasus Marwa. Pemerintah Jerman bahkan baru
secara resmi menyampaikan duka cita pada Mesir-negara asal Marwa-setelah 10
hari insiden itu terjadi. Sikap media dan pemerintah Jerman terhadap kasus
Marwa menunjukkan biasnya negara-negara Barat dalam menangani kasus-kasus
kejahatan rasial dan Islamophobia yang menimpa Muslim di negeri itu. Ini baru
satu contoh kecil dari fenomena Islamophobia di negara-negara Barat.
Pegida memulai aktivitasnya dari
Dresden yang menyebar ke berbagai kota besar Jerman lainnya. Kemudian, para
pendukung gerakan anti-Islam ini mengorganisir berbagai aksi unjuk rasa dan
propaganda Islamophobia di berbagai negara Eropa seperti Austria, Swedia, Denmark dan Inggris. Lebih dari
sekedar unjuk rasa dan propaganda anti-Islam, serangan terhadap imigran Muslim
juga semakin masif. Berdasarkan data statistik
Jerman, serangan terhadap imigran di negara ini melebihi wilayah lainnya
di Eropa. Pada tahun 2013, terjadi sebanyak 159 kasus penyerangan. Jumlah
tersebut, naik di tahun 2014 menjadi 179 kasus.
Pegida memanfaatkan sentimen
anti-imigran yang marak di Jerman untuk menarik dukungan besar terhadap gerakan
anti-Islam di Eropa. Dengan mempertimbangkan tingginya imigran Muslim yang
datang dari negara-negara Islam ke Eropa, faktanya gerakan anti imigran tidak
lain dari gerakan anti-Islam dan pembatasan lebih ketat terhadap Muslim di
Eropa.
Islam dan Islamophobia
Mengapa harus islam?
Menurut
laporan PBB antara tahun 1989 dan 1998, jumlah penduduk Muslim Eropa meningkat
lebih dari 100 persen (Muslim in Europe, The Economist, 18/10/2010).
Perkembangan
islam di berbagai negara, tidak dapat dipungkiri mengalami kenaikan cukup
besar, hal inilah yang memunculkan kekhawatiran negara barat tentang kekuatan
islam, atas dasar kekhawatiran inilah sehingga ada kelompok-kelompok yang mulai
melakukan propaganda dengan mengaitkan segala peristiwa negatif dengan keterlibatan
kaum muslim sehingga diharapkan kekuatan islam dapat ditekan.
Dampak Propaganda Islamophobia
Dampak Propaganda Islamophobia
Seperti yang dikemukakan di atas,
Islamophobia merupakan sebuah propaganda yang dibuat untuk menciptakan fobia terhadap
islam. Stereotipe yang dibentuk antara lain dengan memberikan label teroris terhadap gerakan-gerakan Islam yang dipandang “membahayakan”
kepentingan negara dominan/adidaya, dalam hal ini AS dan sekutunya.
Berikut beberapa peristiwa maupun kebijakan
yang dibuat beberapa negara sebagai reaksi terhadap propaganda Islamophobia
yang menimbulkan diskriminasi bagi kaum muslimin yang tinggal di negara
tersebut:
1. Di Jerman, Adanya undang-undang yang meningkatkan tekanan
terhadap imigran dan eskalasi Islamophobia. Contoh larangan bagi guru berhijab dan
pembatasan penggunaan bahasa arab di sekolah-sekolah negeri
2. Di Perancis yang merupakan negara dengan jumlah populasi Muslim
terbesar di benua Eropa. namun Perancis meningkatkan pembatasan terhadap imigran
dan mendukung gelombang Islamophobia di negaranya sendiri.
3. Di Swiss. Masyarakat non-Muslim di sana memberlakukan
larangan pembangunan menara masjid. Sebanyak 22 dari 26 provinsi di Swiss
memilih pelarangan pembangunan menara masjid. Padahal, di negara yang terkenal
dengan sebutan Euro-Islam ini terdapat beberapa masjid, seperti di Jenewa dan
Zurich.
4. Seorang politisi di Belanda bernama Geert Wilders. Politikus
sayap ultra kanan Belanda ini membuat sebuah film berjudul Fitna, yang di
dalamnya berisikan hinaan, melecehkan, dan memprovokasi pemeluk agama Islam.
Pada bagian akhir film tersebut dimunculkan gambar karikatur Nabi Muhammad SAW
dengan surban berbentuk bom di kepala
5. Pemerintah Barat juga terus menerus menyebarkan citra buruk
mengenai Islam dan Muslim yang mereka identikkan dengan teroris. Barat
mengaitkan aksi teroris ISIS dan al-Qaeda dengan agama Islam. Padahal Islam
sejati menyebarkan perdamaian, keadilan dan kasih sayang.
6. Propaganda masif Islamophobia di Eropa menyulut lahirnya
media satir anti-Islam seperti Charlie Hebdo yang membuat kartun menistakan
Rasulullah Saw. Ironisnya, terbitnya kartun yang menghina Rasulullah Saw
tersebut berlindung di balik kebebasan berekspresi.
7. Surat kabar terbesar
di Denmark, Jyllands-Posten, memuat gambar 12 karikatur Nabi Muhammad SAW pada
30 September 2005 silam. Langkah serupa ini diikuti oleh Nerikes Allehanda,
sebuah harian lokal yang terbit di Orebro, sebelah timur Stockholm, Swedia
Stereotip yang terbentuk menyebabkan diskriminasi terhadap
kaum muslim. REPUBLIKA online merilis sebuah survei mengenai islam di dunia
barat. Sebuah hasil survei yang dipublikasikan harian The Guardian akhir
Januari lalu menyebutkan, kalangan politisi dan media massa di Inggris adalah
penyebab kebencian masyarakat luas terhadap Islam. Survei yang dilakukan
wartawan Inggris bernama Peter Oborne itu, politisi dan media Inggris kerap
mengobarkan kebencian terhadap umat Islam dengan menggambarkan umat Islam
sebagai teroris yang berusaha melakukan Islamisasi di Inggris. Studi serupa
juga dilakukan oleh pusat penelitian Muslim Eropa di Universitas Exeter London.
ditemukan meningkatnya sentimen masyarakat Inggris terhadap umat Islam
dikarenakan pandangan dan pencitraan buruk yang dilakukan oleh politisi dan
media massa.
Hasil survei dan studi itu dibenarkan
oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), baru-baru ini. Menurut
laporan tahunan tentang hak asasi manusia (HAM) yang dirilis oleh Kementerian
Luar Negeri AS, umat Muslim di seluruh daratan Eropa masih mengalami diskriminasi.
Bahkan, dari tahun ke tahun diskriminasi yang dirasakan umat Islam di Eropa
semakin mengkhawatirkan.
Di AS, misalnya, kekhawatiran hingga
kini masih menghinggapi sebagian Muslim di negara adidaya tersebut. Perasaan
itu muncul setelah sembilan tahun mereka merasa terus menerus diawasi oleh
pemerintah federal. Semua bermuara pada sikap Pemerintah AS pascaperistiwa
serangan 11 September 2001.
Direktur Muslim American Society’s
Freedom Foundation di North Carolina, Khalilah Sabra, seperti dikutip Associated
Press, belum lama ini mengungkapkan, perasaan itu masih dirasakan oleh
komunitas Muslim di wilayah Raleigh-Durham, North Carolina. Peristiwa terakhir
yang mengganggu perasaan mereka adalah saat Juli 2009 lalu sebanyak tujuh orang
Muslim ditangkap. Tuduhannya, merencanakan aksi teror.
Kebencian terhadap Islam dan pemeluknya
itu ditunjukkan oleh masyarakat Eropa dan AS, melalui beragam cara. Baik
melalui ajang kreativitas (karikatur, kartun, demonstrasi) maupun peraturan
perundang-undangan.
Pandangan
dunia terhadap islam semakin memburuk manakala media dan para anti-islam secara
terus menerus menyebarkan citra buruk mengenai islam. Islam sejatinya agama
yang mencintai kedamaian, berbagai penganiayaan, pembantaian yang diterima
minoritas islam di suatu negara menyebabkan kesedihan seluruh umat muslim
didunia.
Stereotip
mengenai islam yang dipercaya dunia barat adalah teroris dan islam berbahaya
sehingga adanya gerakan Islamophobia. Stereotip tersebut yang membuat berbagai
negara melakukan diskriminasi terhadap umat islam. Stereotip ini juga yang
memunculkan kebencian terhadap islam
Referensi:
IRIBIndonesia. 2015. “Pegida, Fenomena Islamophobia di Eropa”
didapatkan dari http://indonesian.irib.ir/ranah/sosialita/item/94875-pegida,-fenomena-islamophobia-di-eropa
diakses pada 17 Desember 2016
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan konflik: Komunikasi Lintas
Budaya Masyarakat Multikultur. Jakarta: LKIS
Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: LKIS
Muhamad, Fajar. 2012. “Latar Belakang Munculnya Islamophobia di
Kalangan Masyarakat Eropa”. didapatkan dari nederindo.com/2012/10/latar-belakang-munculnya-islamophobia-di-kalangan-masyarakat-eropa/ diakses
pada 17 Desember 2016.
REPUBLIKA.CO.ID. 2010. “Inilah Wajah Islam dalam Survei di Dunia
Barat” didapatkan dari http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/10/07/09/123929-inilah-wajah-islam-dalam-survei-di-dunia-barat diakses pada 17
Desember 2016
Unas.ac.id.
2016. “Islam Dan Terorisme’ dan Cara
Menyikapinya Islamophobia”. didapatkan dari http://www.unas.ac.id/berita/bahas-islam-dan-terorisme-dan-cara-sikapi-islamophobia/
diakses pada 17 Desember 2016
Comments
Post a Comment