5 Januari 2034
Kulempar
Toga setinggi-tingginya, langit kala itu membuatku teringat akan jutaan memori berharga
dalam hidupku. Biru bercampur putih, aku menatapnya sesaat, sedikit sesak. Tak
sadar air mata mulai membahasahi pipiku.
“Mwohaneungeoya
jigeum?” seseorang memecah lamunanku. Ia memungut toga yang kulempar tadi.
“Uh?”
responku sambil menghapus air mata.
“Ulro?
Wae ulro yogiseo?” tanyanya melihat aku menangis
“Aniya…
geunyang, nan neomu haengbokhae” jawabku.
“Keure?”
“Dangyeonaji”
Aku mengangguk tersenyum.
“Oh
matta, Chukhae sera-ah!” ucapnya
“Aren’t
you bring something for me?” tanyaku penasaran
“Ah
eoteokhae? emh… kerom, jang mi joha?”
“Dwaeso…
anjoha” jawabku malas, aku berjalan mendahuluinya.
“Ya!
jogeuman gidaryeo!” serunya sambil menyamakan langkahnya dengan langkahku.
Aku
mengabaikannya, tapi laki-laki itu malah menarik tanganku. “i’ll take you home,
kaja!”
Aku
sampai tepat di depan rumahku.
“Gomawo!
kalge, drive carefully!” kataku
Tanpa
basa-basi lagi aku turun dari mobil.
“Seraaa!”
panggilnya dari dalam mobil
Aku
menoleh “Wae?”
“Yeogi…”
Laki-laki itu memberiku sebuah kotak.
“Ige
mwoya?” tanyaku
“Emh.
its yours. that is might be something precious for you. It seems like your
journey books”
“Mwo?
maldo andwae! i’ve throw it, how did you find it?”
Dia
tersenyum “ittabwa!” ucapnya mengabaikan pertanyaanku. setelah itu, ia melaju
pergi dengan mobilnya.
Setelah
berganti pakaian, aku duduk di meja belajarku, memandang kotak tadi. kubuka,
isinya sebuah foto dan 2 buah diary. Aku penasaran dengan satu diary yang bukan
milikku. Lembar demi lembar ku baca perlahan. Aku menutup diary itu cepat.
pandanganku beralih ke jendela disampingku, walau tak ada apapun diluar sana,
aku tetap memandang keluar jendela… entahlah, tiba-tiba ingatanku seakan
kembali ke 6 tahun silam.
Maret 2028
Aku duduk di kelas 2 SMP, sementara Ibuku sudah menyelesaikan
pendidikannya 12 tahun lalu di Universitas Padjajaran jurusan keperawatan. 1
tahun setelah lulus, Ibuku bekerja di sebuah perusahaan yang tidak terlalu
besar sebagai Manager, aneh memang, berulang kali aku berfikir, kenapa ia
memilih jurusan keperawatan? Sementara pada akhirnya ia malah menjadi seorang
Manager, sangat tidak logis.
Pernah satu waktu aku bertanya padanya.
"Bu, apa ibu tidak ingin menjadi perawat?"
"Saat kuliah, Ibu ingin menjadi seorang perawat, tapi saat lulus…”
Ia melihatku lalu tersenyum “keinginan ibu tiba-tiba berubah, ibu
malah tidak ingin menjadi perawat"
“Apa alasannya?” tanyaku lagi
“Tidak ada.”
Itulah jawaban ibuku. Pendidikan S1-nya ia anggap hanya sekedar
pengetahuan saja. lucu memang.
Aku mendapati sesuatu yang unik tentang ibu. Saat bibi berkunjung ke
rumah, 1 tahun lalu, ia mengatakan padaku Ibu sangat pintar menyanyi. Aku
tertawa menanggapi kata-kata bibi. Bahkan bibi menceritakan sesuatu yang menakjubkan.
“Ibu…” kataku memulai pembicaraan saat kami berdua selesai makan.
“Apa?”
“Coba bernyanyi untukku” pintaku
Mata ibu membulat. dia beranjak dari kursinya.
“Aku mendengar sesuatu dari bibi, bibi bilang ibu pernah ikut kontes
menyanyi. apa itu benar?”
Ibu tertawa “Dia membual, jangan didengar” elaknya
Huh. aku tak percaya pada ibu. Perkataan bibi memang tidak masuk akal,
Awalnyapun aku tak percaya, tapi setelah bibi menunjukkan sebuah photo padaku,
kupikir bibi tidak berbohong.
Memang tidak banyak yang bibi ceritakan, yang jelas Ibu pernah menjadi
penyanyi. Terkenal atau tidaknya... entahlah. Jika menyangkut masalah pribadi, Ibu
sangat tertutup. Mungkin karena itulah aku mulai penasaran dengan kehidupan
masa lalunya.
Aku hidup sangat berbeda dengan orang-orang disekelilingku. Mengapa? Ibuku
maupun Ayahku, berusaha menjauhkanku dari yang namanya teknologi. Dirumahku tak
ada tv ataupun radio, hanya ada laptop Ayah. Ruanganku mungkin seperti layaknya
di zaman purba. Baru tahun lalu, aku dibelikan ponsel, sudah dipastikan tak ada
aplikasi apa-apa, hanya untuk telfon dan sms, mungkin ponsel itu diproduksi
saat aku lahir.
Tapi sejauh ini, aku cukup mengerti caranya menggunakan ponsel
android, karena saat di sekolah aku selalu meminjam ponsel teman :p
Aku tak tahu maksud kedua orangtuaku. Yang jelas mereka sama sekali
tidak memfasilitasiku dengan gutget apapun. Dan inilah yang menjadi hambatan
terbesarku untuk mencari sesuatu yang ingin aku ketahui.
Pernah suatu malam. Aku meminjam ponsel Ibuku.
“Bu, aku pinjam ponsel ibu!”
"Untuk apa?" Tanyanya
"Aku mau searching sesuatu di google, tak boleh?" Kataku,
Ibu meminjamkan ponselnya. Aku pergi ke kamarku dan mulai mencari
profil Ibuku di google. Pada awalnya aku merasa kesulitan untuk mencarinya tapi
setelah 30 menit aku menemukan satu blog, yang cukup banyak berbicara tentang Ibuku.
Tepat saat itu Ibu masuk ke kamarku.
"Kau harus tidur" Ia mengambil ponselnya dari tanganku.
Aku sangat kecewa, tapi setidaknya aku punya sedikit informasi. Ibu
benar-benar seorang penyanyi, ia memiliki single, di blog tersebut menyebutkan
single pertama Ibu tidak sukses. Dan setelah
itu aku sempat melihat sepotong kalimat setelah penjelasan single pertama Ibu
yang gagal dan tidak laku dipasaran, sepotong kalimat itu adalah "tapi ia
sangat sukses pada single keduanya".
Sejak saat itu aku bertekad untuk
mencari informasi lagi tentang ibu, yah saat aku memiliki ponsel sendiri, entah
kapan.
Aku punya satu kesempatan untuk minta dibelikan gutget yaitu saat hari
ulangtahunku, 4 hari lagi. Gutget nan sederhana, ya aku hanya meminta dibelikan
mp4 player. Aku meyakinkan Ibu, bahwa aku sangat membutuhkan mp4 player supaya
moodku bertambah dan aku semakin semangat belajar. bukankah itu alasan yang
logis? ^^
Yeeey tepat di hari ulangtahunku aku dibelikan mp4 player. Huaaaa
senangnya!! esoknya, aku membawa mp4
playerku kesekolah dan meminta teman untuk mengisi memory card tersebut dengan
semua lagu miliknya.
Aku terkejut melihat list lagu yang menderet seperti kereta dan aku dibuat
bingung, karena setelah kuperhatikan kenapa rata-rata lagu ini lagu berbahasa
Korea? Nama penyanyinya seperti Red velvet, A pink, Super junior, EXO, CN blue,
sistar, girl's generation, f(x)??
Disinilah aku sadar, temanku ini penggemar K-pop. Biarlah, pikirku, yang
penting ada lagu. Itu sudah cukup.
4 bulan berlalu, aku sudah lumayan hafal lagu-lagu yang ada di playlistku.
Terlebih sekarang Aku menyukai salah satu penyanyi, setiap orang yang bertanya
padaku, "Kau suka siapa?" dengan yakin kujawab "EXO" aku
tersenyum bahagia, karena dulu aku bahkan gelagapan, ketika seseorang
menghujatku dengan pertanyaan yang sama, karena aku benar-benar tidak tahu
harus menjawab apa.
Diam-diam aku mengumpulkan uang untuk membeli poster EXO, karena aku
takut ketika aku berkata EXO idolaku, lalu orang-orang bertanya “siapa EXO?” “Grup/solo?”
“Bagaimana orangnya?” Aku pasti membisu karena tidak bisa menjawabnya. Walaupun
sempat aku melihat koleksi foto EXO di hp teman tapi tetap saja itu hanya
sekilas.
Setelah kubeli poster-poster EXO, aku menempelkannya di dinding
kamarku. jumlahnya ada 6 poster. Aku perhatikan dengan seksama kesemua anggota EXO.
Lumayan, lama kuperhatikan, aku bingung, kenapa orang-orang ini terlihat sama?
Apa mereka kembar?
Aku berkonsultasi dengan teman k-pop ku, Eni.
"Ra, mereka ga kembar, mukanya pun ga sama!" kata Eni dengan
tegas
“Mereka semua mirip en.". ucapku yakin
Akhirnya aku diberi semacam les privat untuk menghapal anggota EXO.
Haha... walau terlihat konyol tapi aku tetap melakukannya.
Eni bilang kalau kamu menonton video mereka setiap hari, kamu bakal
tau ini siapa dan itu siapa. Saran Eni kulakukan. setiap malam juga di dalam
kamar, aku menghafalkan dan melafalkan nama mereka agar terbiasa, karena nama
mereka terdengar asing di telingaku.
Satu malam, aku kepergok oleh Ibu ketika memandangi poster EXO.
"Lagi apa? Poster apa itu?" tanyanya
"EXO" kataku.
Aku melihat mimik muka ibu yang terlihat sedikit terkejut. Ibu
mendekat padaku "kamu menyukai mereka?"
Aku mengangguk "kenapa? Apa Ibu tahu mereka??" tanyaku
Ibu diam sebentar. "Hmm, mereka mulai terkenal di zaman Ibu dulu,
tak kusangka sampai sekarang mereka masih terkenal" jelasnya
Aku mendongkak kaget "zamanmu bu?! apa Ibu yakin? apa mereka
seumuran denganmu?" ucapku tak percaya karena menurutku wajah mereka tidak
seperti orang berusia 30 tahunan, Ibu malah tersenyum.
"Kalau begitu, bantu aku menghapalnya bu, sudah sejak 3 minggu
lalu aku masih belum bisa menghapal wajah mereka".
Ibu menunjuk satu persatu personil EXO dan menjelaskan secara lengkap,
ciri-ciri mereka dan cara menghapal mereka. Aku tertegun agak lama dan bukannya
kagum malah merasa aneh.
"Bagaimana Ibu bisa tahu? Apa Ibu fans berat EXO dulu? Benar kan?
Ibu benar-benar bisa membedakan mereka semua?" aku menghujani Ibu dengan
banyak pertanyaan.
Ia
terdiam sejenak "Apa kau percaya, jika Ibu bilang, Ibu mengenal
mereka?"
Comments
Post a Comment